Kebijakan Sekolah 5 Hari Di Sumut Mendapat Respon Positif Dari Praktisi Pendidikan

Redaksi
0

Penerapan sistem sekolah lima hari mulai tahun ajaran baru 2025/2026 di Sumatera Utara mendapatkan respon positif dari praktisi pendididikan. Karena dianggap memiliki niat agar aktifitas siswa lebih banyak waktu belajar di sekolah.

Respon positif tersebut disampaikan Direktur Pusat Pendidikan Rakyat (Pusdikra) Sumatera Utara yang juga praktisi pendidikan Mansyur Hidayat Pasaribu mengatakan kebijakan yang disampaikan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, diniatkan agar aktifitas siswa lebih banyak waktu belajar di sekolah,  konsep dan format pembelajaran full day (satu harian) ini,sehingga bisa menekan terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan bersama, disebabkan kondisi tubuh yang lelah usai belajar satu harian di sekolah.

Pembelajaran lima hari dianggap dapat semakin menambah kedekatan waktu antara orang tua dan siswa dalam komunikasi di rumah, sebab padatnya waktu belajar di sekolah, mengurangi aktifis siswa, sehingga siswa banyak menghabiskan waktunya istirahat di rumah.

"Pembelajaran lima hari, dari sisi interaksi keluarga akan terbangun secara baik, artinya quality time antara orang tua dan siswa terbangun baik, sehingga berdampak para siswa bisa membatasi waktu diluar rumah, sebab belajar full day di sekolah, turut mempengaruhi psikologi siswa, letih dan sebagainya, pada akhirnya siswa lebih banyak istirahat di rumah, sembari mengecas energinya untuk besok harinya ke sekolah,”ujar Doktor Manajemen Pendidikan UINSU ini.

Ditempat terpisah, Dosen Universitas Medan Area Rudi Salam Sinaga berpendapat juga menyampaikan hal yang senada, kebijakan dalam bidang pendidikan yang menerapkan kewajiban belajar 5 hari oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui dinas pendidikan akan berdampak pada pemeliharaan hubungan interaksi sosial siswa siswi di dalam keluarga dan di lingkungan sosial.

Namun menurutnya, Kebijakan lima hari belajar akan maksimal bila hari Sabtu dapat diprogramkan pemerintah provinsi, kabupaten, kota untuk membangun kembali jati diri bangsa yang terfokus pada kalangan pelajar untuk melakukan aktivitas interaksi sosial di keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Dengan demikian siswa siswi akan terhindar dari pengaruh bahaya narkoba, tawuran, geng begal bermotor, judi online. Akhirnya memang kebijakan publik belahan dunia manapun termasuk negara maju maupun negara berkembang tidak akan dapat mengadopsi seluruh pendapat warga namun kebijakan publik akan memberikan kepuasan bagi seluruh warga dikemudian hari seiring waktu berjalan mencapai suksesnya kebijakan publik tersebut terbukti efektif.

Kepala Dinas Pendidikan Sumut, Alexander Sinulingga menjelaskan bahwa program lima hari sekolah merupakan arahan langsung dari Gubernur Sumut Bobby Nasution, yang sejalan dengan visi dan misi kepemimpinan provinsi untuk mencegah aksi tawuran, geng motor dan narkoba.

Ia menjelaskan, program ini menjadi salah satu terobosan unggulan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut dalam mewujudkan kolaborasi Sumut Berkah, menuju provinsi yang unggul, maju, dan berkelanjutan.

“Dengan belajar selama lima hari, tentu akan menekan tingginya angka tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan aktivitas geng motor di kalangan pelajar,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pada hari Sabtu dan Minggu para pelajar akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini diharapkan memperkuat pengawasan orang tua dan membangun karakter anak sejak dini.

Lebih lanjut, Alex menyebut sistem belajar dari Senin hingga Jumat ini juga memberi ruang bagi siswa untuk aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan.
Ia menekankan bahwa program sekolah lima hari ini merupakan pondasi penting untuk masa depan pendidikan di Sumatera Utara.

“Ini selaras dengan visi nasional Indonesia Emas 2045. Sebuah aksi nyata dari visi Gubernur dan Wakil Gubernur yang juga terkoneksi dengan kebijakan Kemendikbudristek,” terangnya. (Rizky)

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)