Ketum PP Perti Buya Syarfi Hutauruk, Ajak Warga Hormati Hasil Pilkada Serentak dan Doakan Pemimpin yang Terpilih

SW25
0
Ketua Umum PP Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Buya Dr. H.M. Syarfi Hutauruk, MM saat menggunakan hak suaranya di TPS 51, Kecamatan Pancoran, Jaksel, DK Jakarta.

JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti), Buya Dr. H.M. Syarfi Hutauruk menghimbau semua pihak menerima hasil Pilkada Serentak di seluruh Indonesia dengan legowo dan lapang dada.

Himbauan tersebut di kemukakan oleh Buya Syarfi Hutauruk di Jakarta, pada Rabu (27/11/2024), sesaat setelah menggunakan hak suaranya di TPS 51,Kec. Pancoran, Jakarta Selatan.

Buya Syarfi diketahui didampingi istri Hj. Delmeria Sikumbang dan putranya Fairuz mencoblos di TPS tersebut pada pukul 08.45 WIB.

Buya Syarfi mengatakan, memontum hari pencoblosan Rabu (27/11) merupakan puncak dari semua dinamika Pilkada yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir.

Selama 75 hari masa kampanye, setiap paslon telah diberi kesempatan yang sama untuk mensosialisasikan visi-misi serta ide dan gagasan pembangunannya untuk membangun daerah dan mensejahterakan masyarakatnya.

75 hari masa kampanye terebut sudah lebih dari cukup untuk melakukan pendekatan terhadap konstituen meskipun dalam amatannya tidak semua paslon memanfaatkan momen tersebut dengan  baik, bahkan ada yang melakukan blunder politik.

"Apa pun proses yang dijalani tersebut, itu adalah ikhtiar. Dan hari ini rakyat menentukan pilihannya, hasilnya tentu  harus dihormati," katanya.

Buya Syarfi berharap, semua pihak menghormati pilihan rakyat dengan tidak mengucilkan pihak yang kalah dan melakukan pesta-pesta kemenangan yang berlebihan yang berpotensi menimbulkan gesekan.

"Sebagai Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah seluruh Indonesia, berharap (hasil pilkada) mari kita terima dengan lapang dada, dengan rasa syukur seraya berdoa orang-orang yang terpilih ini tidak lupa terhadap janji politiknya, menunaikan amanah yang diberikan rakyat dan mampu memberikan keadilan dan kesetaraan," ucapnya.

Menurutnya, Pilkada adalah momentum memilih kepala daerah yang bisa menggerakkan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan berlaku adil.

"Bukan untuk memilih pemimpin yang bisa memecah belah, membuat kegaduhan apalagi sampai mengganggu stabilitas keamanan baik di daerah maupun di nasional," tegasnya.

"Apa hasilnya, kita doakan saja yang terbaik," tambahnya.

Buya Syarfi pun menyoroti fenomena quick count yang kerap mewarnai dinamika pemilu termasuk pilkada di Indonesia.

Mantan anggota DPR RI sejak 1997 hingga 2009 ini menghormati proses penghitungan cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survey melalui metode ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Namun, apa pun hasil quick count, hal itu hanya sebatas proyeksi atas perolehan suara di Pilkada dan bukan sebagai hasil resmi yang diakui oleh Perundang-undangan.

"Kita hormati itu sebagai sebuah metodologi ilmiah dan sebagai sebuah khasanah di Pilkada. Tetapi hasil yang sesungguhnya tetap menunggu pengumuman resmi dari penyelenggara dalam hal ini adalah KPU," terangnya.

Oleh karena itu, lanjut Buya Syarfi. Masing-masing pihak hendaklah bersabar dan menahan diri dan tidak melakukan pesta-pesta kemenangan yang berlebihan hingga ada keputusan tetap dari KPU.

"Gak usahlah terlalu eforia, bersorak-sorak, kompoi, apalagi sampai memicu ketersinggungan dari pihak lain. Nanti rakyat juga yang rugi (kalau sampai terjadi)," jelasnya.

Terkhusus Jakarta, sambung Buya Syarfi. Baik warga maupun para elit partai harus dapat memberikan contoh kedewasaan dalam  berpolitik dialam demokrasi Indonesia.

Pasalnya, Jakarta menjadi epicentrum nasional bahkan internasional dalam proses berdemokrasi.

"Jika para elit dan warganya mempertontonkan kedewasaan berpolitik yang baik, maka itu menjadi wajah Indonesia di mata internasional. Tapi jika sebaliknya, itu juga merusak cintra kita sebagai sebuah negara demokrasi terbesar keempat di dunia," pungkanya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)