BATANGTORU - PT Agincourt Resources (PTAR), meraih Gold Award kategori Eco-Hazard Innovation pada ajang Eco-Tech Pioneer and Sustainable Award (EPSA) Tahun 2025. Ajang ini digelar oleh Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 31 Agustus 2025 lalu.
Penghargaan bergengsi ini melegitimasi komitmen pengelola Tambang Emas Martabe ini dalam hal pembangunan berkelanjutan.
Kehadiran Gold Award EPSA 2025 ini juga menambah deret panjang prestasi PTAR di bidang lingkungan hidup, setelah sebelumnya sebanyak dua kali berturut-turut meraih Proper Hijau dari Kementerian ESDM dan penghargaan terbaik penerapan good Mining Practice 2024.
Gold Award EPSA 2025 terima oleh PTAR atas keberhasilan perusahaan yang beroperasi sejak 2012 tersebut dalam mengelola 155,25 ton minyak pelumas bekas dengan teknologi hypobaric fraction separator sehingga mampu menekan Global Warming Potential (GWP) hingga 441.975,09 ton CO2ek.
GMO & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis mengatakan pihaknya selalu menerapkan proses penambangan dan pengolahan emas yang lebih hemat energi melalui berbagai inovasi di bagian sistem maupun alat produksi.
Bahkan, bahan yang sudah tidak digunakan lagi dalam operasi dimanfaatkan kembali untuk kegiatan lain, seperti limbah minyak pelumas bekas yang awalnya di kirim ke TPS LB3 saat ini sudah dikelola secara mandiri.
Dengan diraihnya EPSA 2025 tersebut, lanjut Rahmat PTAR termotivasi untuk semakin menguatkan komitmennya dalam memperkuat penerapan lingkungan, sosial dan tata kelola dalam mendukung upaya pemerintah terhadap emisi net-zero.
"Target kami yakni 30 persen pengurangan gas rumah kaca pada tahun 2030 dari baseline 2019. Inovasi pengelolaan lingkungan akan terus kami lakukan dengan mengacu pada peraturan pemerintah dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG)," kata Rahmat.
Masih kata Rahmat. Program Utilisasi Hypobaric Fraction Separator untuk pemanfaatan minya pelumas bekas, memungkinkan pemanfaatan minyak pelumas bekas hingga 80 persen, sebagai substitusi bahan bakan minyak pada bahan peledak menggantikan bahan bakar diesel.
Melalu teknologi pemanasan, filtrasi, pemisahan fraksi bertekanan rendah, hingga pendinginan, minyak pelumas bekas berhasil dimurnikan menjadi bahan yang akan digunakan.
"Selain mampu mengurangi dampak lingkungan, inovasi ini dapat menciptakan efisiensi berkat penerapan praktik circular economy. Inovasi ini merupakan kontribusi kami dalam mendukung pencapaian SDG's ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab," paparnya.
Selain Gold Award EPSA 2025, PTAR juga mendapatkan penghargaan Gold atas program Closed-Loop Energy Reclamation dengan Intelligent Torque Control (ITC) pada sistem Ore Grinding.
Program ini pada tahun 2024 mampu mengurangi penggunaan energi listrik sebesar 4.931 GJ dan menghemat biaya pembelian listrik senilai Rp1,69 miliar.
Rahmat mengungkapkan, di EPSA 2025, selain meraih dua penghargaan gold, pihaknya juga berhasil mendapatkan tiga penghargaan kategori silver dan dua penghargaan kategori Bronze.
Penghargaan silver diberikan atas 1) Program pemanfaatan sampah Flexible Intermediate Bulk Container (FIBC) menjadi keranjang sampah dan konservasi, 2) Program Optimalisasi Penurunan Beban Pencemaran Air (BPA) Parameter Tembaga (Cu) dengan Selective Chelator, dan 3) Program Leanslope Pit Ramba Joring Innovation: Redesign Haul Road.
Sedangkan penghargaan kategori Bronze dianugerahkan atas 1) Program Pengembangan Unit Usaha Galery Bagas Silua, dan 2) Konvervasi Ikan Jurung (Neolissochilus thienemanni) melalui Rekayasa Ekosistem dengan Model BioFAD.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro Semarang, Wijayanto, PhD, mengatakan bahwa tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini adalah disinformasi dan kerusakan lingkungan.
Wakil Rektor yang membidangi riset, inovasi, kerjasama dan komunikasi publik Undip ini menjelaskan, jika masalah disinformasi dan kerusakan lingkungan tersebut tidak ditangani serius, hal tersebut berpotensi membawa dampak buruk terhadap peradaban.
Ia menyebut, kehadiran EPSA menjadi salah satu bentuk penanganan serius dari persoalan lingkungan saat ini dan sebagai bentuk apresiasi kepada perusahaan-perusahaan yang menunjukkan dedikasinya dalam menghadirkan inovasi dan teknologi ramah lingkungan.
"EPSA bukan sekedar ajang apresiasi, tetapi simbol sinergi menuju pembangunan hijau dan berkelanjutan. Atas nama Rektor UNDIP, kami mengucapkan selamat kepada seluruh penerima penghargaan," pungkasnya.