![]() |
Ibu Diana (kanan) didampingi Plt Analis Junior BI Sibolga, Josep Rismanto Manullang (kiri) diabadikan bersama pembeli pada kegiatan showcasing produk UMKM dalam rangka FESyar 2025 di LCM Lampung |
BANDAR LAMPUNG - Stand Produk UMKM Binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga (KPw BI Sibolga) di Festival Ekonomi Syariah (FESyar ) Tahun 2025 regional Sumatera, di Bandar Lampung, sukses menarik animo masyarakat Lampung untuk berkunjung dan berbelanja.
BI Sibolga mengajak pelaku UMKM 'Rumah Tenun Nadira' milik usahawan Rizki Yuhdiana Siregar, warga Kota Padangsidimpuan, untuk mengisi salah satu stand pada ajang showcasing produk UMKM di FESyar yang berlangsung tanggal 20-25 Juni 2025 tersebut.
Showcasing itu sendiri dipusatkan di Lampung City Mall (LCM), Kota Bandar Lampung dan diikuti oleh seluruh pelaku usaha UMKM se-Sumatera.
Rizki Yuhdiana Siregar disela kesibukannya melayani pembeli, kepada limakabar.com menjelaskan, sejumlah produk yang dipamerkan dan dijual pada kegiatan tersebut terdiri dari ulos, songket dan aneka baju pria dan wanita.
Produk-produk tersebut merupakan hasil tenun tangan-tangan terampil di rumah tenun miliknya dan berada dalam binaan BI Sibolga.
"Jadi yang kita pajang dan jual ini produk tenun asli," katanya mengawali bincang-bincang dengan limakabar.com
Ibu yang kerap disapa Diana ini menjelaskan, sejak hari pertama mengikuti showcase di Lampung, animo masyarakat untuk berkunjung ke stand KPw BI Sibolga cukup tinggi.
Tidak hanya berkunjung, sebagian warga juga membeli produk UMKM Unggulan BI Sibolga tersebut.
"Dibilang ramai yang beli tidak juga, tetapi jumlahanya melampaui apa yang saya bayangkan selama ini," katanya.
Masih kata Diana, menjadi peserta pameran dan sejenisnya merupakan kali pertama diikuti olehnya. Layaknya sejumlah pameran yang pernah ia datangi, stand-stand yang memasarkan produk-produk UMKM biasanya sepi pembeli dan pengunjung sebatas melihat-lihat produk saja.
"Tapi disini berbeda. Ada yang sekedar berkunjung tapi tidak sedikit pula yang memutuskan membeli," terangnya.
Padahal, lanjutnya. Untuk produk-produk UMKM sejenis Ulos dengan tenun asli harganya jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan produk hasil tenun mesin.
Tapi meskipun demikian, setiap pembeli sepertinya memahami bahwa harga produk Ulos tersebut tidak hanya terletak pada kualitas barangnya saja tetapi juga nilai yang terkandung didalamnya.
"Ulos ini kan, ditenun dengan tangan-tangan terampil. Dibuat dengan hati dan dikerjakan dengan sabar dan teliti. Bisa dibilang, setiap helai Ulos tenun yang berhasil dibuat, baik berupa Ulos maupun pakaian, itu dibuat dengan penuh cinta. Dan itu sebenarnya tidak bisa dinilai dengan rupiah," ucap Boru Regar ini.
Ia menilai, dari setiap perbincangan dirinya dengan pembeli, ada kesan bahwa mereka memahami nilai-nilai yang terdapat pada Ulos dan pakaian hasil tenun tersebut. Hal itu terlihat dari cara mereka menawar harga yang hanya selisih sedikit dari harga yang ditawarkan.
"Bahkan, ada pembeli yang tidak menawar sama sekali," ungkapnya.
Ibu yang berasal dari Mandailing Tapanuli Selatan ini menceritakan, stand-nya pernah didatangi satu keluarga berjumlah lima orang.
Tanpa basa-basi, ayah dari keluarga tersebut langsung memerintahkan anggota keluarganya yang lain untuk memilih produk mana yang mereka sukai di stand BI Sibolga tersebut.
"Mereka datang, dan ayahnya langsung bilang, pilih mana yang kalian suka. Dan mereka langsung membelinya. Padahal harga produk yang mereka beli bisa dibilang tidak murah," bebernya.
"Pejabat BI Lampung juga pernah mampir kesini. Beliau begitu terkesima dengan produk Ulos Tapanuli ini dan membeli beberapa produk kita," tambahnya.
Diana bersyukur, BI Sibolga memberinya kesempatan untuk berpartisipasi pada showcase produk UMKM di FESyar Lampung tersebut.
Menurutnya, kesempatan tersebut menjadi mometum dirinya belajar banyak hal khususnya dari stand-stand provinsi lain yang menjual produk tenun tangan. Meskipun setiap daerah itu memiliki karakteristik sendiri, tetapi dalam mengembangkan rumah tenun miliknya, inovasi dan kreatifitas perlu ditingkatkan.
"Setiap daerah memang punya ciri dan karakteristik hasil tenun masing-masing. Dan itu bisa jadi pembelajaran dalam rangka inovasi dan pengayaan produk tenun di tempat kami," jelasnya.
Ia pun berharap dirinya dan pelaku UMKM lainya di wilayah kerja BI Sibolga dapat diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan seperti pameran, expo atau pun showcasing di FESyar tersebut.
Hal tersebut perlu dilakukan agar setiap pelaku usaha UMKM di Sibolga dan sekitarnya bisa melek terhadap perkembangan industri yang ia geluti sehingga bisa berbenah untuk meningkatkan daya saing.
"Saya berterimakasih ke BI Sibolga atas kesempatan ini. Dan semoga ini bukan yang terakhir. Mudah-mudahan bisa ikut lagi di kegiatan-kegiatan promosi lainnya termasuk dengan pelaku UMKM lainnya," pungkasnya.