Support Pelestarian Lingkungan Perairan, PTAR Perluas Lubuk Larangan Sungai Garoga dan Aek Ngadol Hingga 8 Km

SW25
0

Senior Manager Community PT Agincourt Resources, Christine Pepah (belakang spanduk berseragam PTAR), bersama pihak Kecamatan Batangtoru dan masyarakat Aek Ngadol Sitinjak berfoto bersama usai melepas bibit ikan di lubuk larangan Sungai Aek Ngadol, Batangtoru, Tapanuli Selatan, pada Senin (4/9/2023). (Dok: PTAR)

Batangtoru - Senior Manager Community PT Agincourt Resources (PTAR), Christine Pepah mengatakan, Lubuk Larangan sungai Aek NGadol dan sungai Garoga di Desa Sumuran, Tapanuli Selatan, merupakan  kearifan lokal yang wajib dijaga kelestariannya.


Tidak hanya itu, Lubuk Larangan tersebut adalah warisan budaya lokal yang mengandung nilai dan akar tradisi dalam mengelola dan mengambangkan konservasi perairan.


Mengingat pentingnya kehadiran Lubuk Larangan tersebut, pihaknya (PTAR) konsisten menunjukkan kepeduliannya dalam menjaga kelestarian lingkungan di perairan Batangtoru, melalui aksi melepas puluhan ribu bibit ikan di sungai kebanggaan masyarakat Batangtoru tersebut.


Puluhan ribu bibit ikan tersebut terdiri dari bibit ikan Jurung dan bibit ikan Mas.


PTAR, sebagaimana diungkapkan oleh Christine, berupaya terus melibatkan diri dalam meningkatkan kualitas ekosistem perairan dan lingkungannya, yang pada akhirnya akan memberi manfaat secara ekonomi khususnya dalam hal menambah pendapatan kas desa.


Christine pun mengakui bahwa sebesar apa pun perhatian yang diberikan oleh PTAR, tidak akan berarti apa-apa bila tidak didukung oleh seluruh stakeholder khususnya masyarakat dari dua desa tersebut. Sinergitas positif menjadi sebuah keniscayaan dalam rangka mewujudkan tujuan dari pelestarian lingkungan perairan tersebut.


"Kami sangat mengapresiasi kepedulian masyarakat Desa Aek Ngadol Sitinjak dan Desa Sumuran yang sudah terlibat dalam pembentukan Lubuk Larangan ini. Semoga dapat dicontoh oleh desa-desa lainnya," kata Christine Pepah, pada Sabtu (10/9/2023) di Batangtoru, Tapanuli Selatan.


Masih kata Christine. Lubuk Larangan adalah zona tertentu di sungai yang diberi batasan atas kesepakatan masyarakat untuk tidak diganggu keberadaan atau habitatnya. Di Lubuk Larangan, ikan hanya boleh dipanen diwaktu-waktu tertentu.


Di Sungai Aek Ngadol, tepatnya di Desa Aek Ngadol Sitinjak, sebanyak 7.000 bibit ikan jurung dan 1.600 bibit ikan mas dilepaskan. Ribuan bibit ikan itu dibiarkan berkembang di zona lubuk larangan sepanjang 6 kilometer. 


Sementara, di Sungai Desa Sumuran yang merupakan bagian dari Sungai Garoga, PTAR dan masyarakat juga menerjunkan 7.000 bibit ikan jurung dan 1.600 bibit ikan jurung di zona lubuk larangan sepanjang 2 kilometer.


“Lubuk larangan merupakan bentuk pelestarian lingkungan yang secara konsisten kami lakukan. Setelah pembentukan lubuk larangan di dua desa ini, kami akan bergerak ke desa lain untuk membentuk lubuk larangan. Kami juga akan melakukan penyetokan ulang sebanyak 3.200 bibit ikan mas di lubuk larangan Desa Garoga yang dipanen pada Mei lalu,” ujar Christine.



Kepala Desa Aek Ngadol, Saoloan Sitompul, mengatakan pembentukan dan penutupan lubuk larangan disertai dengan pemberlakuan sanksi. Siapapun yang menangkap ikan di masa penutupan lubuk larangan akan didenda Rp3 juta. Besaran sanksi ini juga diterapkan di Desa Sumuran.


"Panitia lubuk larangan dibantu masyarakat akan mengawasi lubuk larangan selama masa penutupan yang bisa makan waktu 8 sampai 10 bulan. Masyarakat di sini menyadari lubuk larangan ini adalah lokasi bersama yang akan mendatangkan manfaat untuk desa ini," kata Saoloan.


Kepala Desa Sumuran, Sarman, berharap nantinya saat lubuk larangan dibuka atau disebut juga panen ikan, manfaat lubuk larangan dapat dirasakan masyarakat. Panitia lubuk larangan akan menjual tiket bagi pemancing ikan yang berpartisipasi dalam pembukaan lubuk larangan.


Menurutnya, pihak desa dan panitia sudah membuat alokasi dana yang akan masuk dari pembukaan lubuk larangan. Sebagian untuk santunan kepada anak yatim dan lansia serta keluarga tidak mampu, sebagian lain untuk memperbaiki fasilitas umum desa.


“Hal penting lainnya adalah masyarakat ikut terlibat dalam melestarikan lingkungan di sungai dan sekitar sungai serta menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sungai yang lestari tentunya bermanfaat untuk masa depan anak cucu kita,” ujar Sarman. 


Sebelum di Sungai Aek Ngadol dan Sungai Desa Sumuran, PTAR mengembangkan lubuk larangan di Sungai Garoga tepatnya di Desa Garoga dan Sungai Batu Horing. Pada Mei 2023, lubuk larangan Desa Garoga berhasil dibuka untuk panen bersama dengan masyarakat. 


Terlihat dari antusiasme masyarakat yang besar, panen diadakan dua kali. Panen lubuk larangan saat itu menghasilkan pendapatan sekitar Rp40 juta yang digunakan untuk kebutuhan desa.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)