![]() |
Foto bersama Ketum PP Perti Buya H.M. Syarfi Hutauruk dengan pimpinan dan santri Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho, Padang Panjang |
PADANG - Ketua Umum PP Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Buya H.M. Syarfi Hutauruk dan rombongan melaksanakan safari ziarah ke makam ulama dan tokoh pendiri Perti di Sumatera Barat (Sumbar).
Safari ziarah tersebut juga dimaksudkan untuk mengunjungi dan bersilaturrahmi dengan sejumlah pondok/ Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) yang didirikan oleh tokoh-tokoh Perti diawal-awal terbentuknya.
Seraya berziarah ke makan Syeikh Inyak Jaho di Padang Panjang, Buya Syarfi juga meninjau komplek pondok/MTI Tarbiyah Islamiyah Salafiyah tingkat wustha dan ulya.
Selain berdialog dengan pengelola pondok/MTI, Buya Syarfi juga melakukan ramah tamah dengan santriwan dan santriwati pondok/MTI yang didirikan oleh Inyak Jaho tersebut.
![]() |
Buya H.M. Syarfi Hutauruk bersama pimpinan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang, Kab. Agam |
Selain ke Padang Panjang, pondok/MTI berikutnya yang dikunjungi oleh Buya Syarfi dan rombongan adalah Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang, Kabupaten Agam, Sumbar.
Pondok pesantren yang berada dalam naungan Yayasan Sulaiman Arrasuli ini didirikan oleh pendiri Perti sendiri yakni Syeikh Sulaiman Arrasuli.
Selain berziarah ke makam Syeikh Sulaiman Arrasuli atau yang dikenal dengan gelar Inyak Canduang ini, Buya Syarfi dan rombongan juga berkesempatan bersilaturrahmi dengan civitas akademika Ponpes MTI Canduang tersebut.
Momen menarik dan mengharukan sempat mewarnai kunjungan Ketum PP Perti ke pondok pesantren ini. Pasalnya, Buya Syarfi bertemu dengan kawan lama saat bersama-sama mondok (menjadi santri) di Sumbar.
![]() |
Buya H.M. Syarfi Hutauruk bersama Kepala MTs MTI Canduang yang juga sahabat lama ketika menjadi santri di Sumatera Barat, H. Hasan Basri, S.Pd.I |
Kawan lama yang belakangan diketahui bernama H. Hasan Basri, S.Pd I tersebut sudah 62 tahun lamanya tidak bertemu. Hasan Basri sendiri saat ini menjadi kepala madrasah tsanawiyah MTI Canduang.
Dari MTI Canduang, Buya Syarfi dan rombongan selanjutnya bertolak ke Kota Payakumbuh, Sumbar.
Kedatangan rombongan ke Payakumbuh selain untuk berziarah ke makam ulama dan pendiri Perti yakni Syeikh Abdul Wahid bin Muhammad Shaleh, juga untuk meninjau dan bersilaturrahmi dengan civitas akademika Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang, Padang Japang.
MTI Tabek Gadang ini sendiri didirikan oleh Syeikh Abdul Wahid pada Tahun 1323 H atau bertepatan dengan Tahun 1906 M.
Buya Syarfi Hutauruk, kepada limakabar.com menerangkan bahwa Safari Ziarah ke Makam Ulama dan Pendiri Perti di Sumbar hari itu adalah dalam rangkaian menyambut Hari Lahir (Milad) ke-97 Perti yang puncaknya akan dilaksanakan pada 5 Mei 2025 di Nusa Tenggara Barat (NTB)
Selain berziarah, rombongan PP Perti juga berkesempatan mengunjungi dan meninjau sejumlah pondok pesantren/ MTI khususnya yang didirikan oleh tokoh-tokoh Perti.
"Syukur alhamdulillah, saya dan rombongan bisa berziarah dan bersilaturrahmi dengan keluarga tokoh-tokoh Perti dan juga ustadz-ustadzah yang mengelola lembaga pendirikan dibawah naungan Perti," kata Buya Syarfi.
![]() |
Buya Syarfi Hutauruk bersama pimpinan dan civitas akademika MTI Tabek Gadang, Padang Japang. |
Dikatakan, lahirnya Perti sedikit berbeda dengan lahirnya ormas Islam lainnya di Indonesia. Pembentukan Perti oleh Inyak Canduang dan ulama lainnya diawali dengan pendirian pondok pesantrern/ madrasah bernuansa Tarbiyah Islamiyah.
Kehadiran pondok pesantren dan MTI tersebut selanjutnya melembaga menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau yang saat ini dikenal dengan Perti.
"Jadi boleh dikatakan, pondok pesantren atau madrasah Tarbiyah Islamiyah adalah ruh dari orangtua dari Perti itu sendiri. Sehingga kewajiban Perti saat ini adalah menjaga dan merawat agar lembaga-lembaga pendidikan Islam Perti ini terus berkembang dan maju dan menjadi kawah candradimuka pengembangan Perti dimasa yang akan datang," jelas Buya Syarfi.
"Berziarah dan bersilaturrahmi ke pondok pesantren atau MTI di Sumbar ini adalah dalam rangka menapaktilasi perjuangan tokoh-tokoh Perti dulunya dan mengambil iktibar yang konstruktif terkait bagaimana strategi yang dibangun oleh pengelola dapat bertahan hampir 100 tahun ditengah perkembangan sarana pendidikan dan teknologi saat ini," tambahnya.
lebih jauh Buya Syarfi mengatakan Perti akan selalu memberikan dukungan dan dorongan agar ulama dan tokoh-tokoh Perti dihargai dan dihormati oleh generasi penerus dan oleh negara sendiri.
Penghormatan itu berupa pengusulan tokoh pendiri Perti yakni Syeikh Sulaiman Arrasuli menjadi Pahlawan Nasional.
"Beliau adalah ulama besar dan juga pejuang. Jejak perjuangannya bahkan masih dapat kita saksikan hingga hari ini. Oleh karena itu negara berkewajiban menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Syeikh Sulaiman Arrasuli karena jasa besarnya dalam perjuangan dan dunia pendidikan Islam," bebernya.
Untuk pengembangan pondok pesantren dan MTI sendiri lanjut Buya Syarfi. Pihaknya terus bersinergi dan berkolaborasi dengan semua pihak baik pemerintah maupun swasta agar lembaga pendidikan Perti diseluruh Indonesia mendapatkan perlakukan yang sama.
"Karena mendapatkan pendidikan yang berkualitas itu adalah amanah dari Undang-Undang Dasar kita. Maka sejatinya tidak bisa dibedakan antara sekolah negeri dan swasta, antara madrasah dan non madrasah. Semuanya memiliki tujuan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka wajib diperlakukan sama oleh negara. Perti sendiri akan mendorong agar pemerataan itu sampai ke madrasah dan pondok pesantren dibawah naungan Perti," pungkasnya.